Cerita #1: Nonton Bareng Film 'The Beginning of Life' bareng Bulir Sriwijaya
Hari ini saya dan teman-teman yang tergabung dalam divisi edukasi Bulir Sriwijaya mengadakan acara: Nonton & Diskusi santai film "The Beginning of Life". Film ini adalah hasil karya UNICEF dengan beberapa pihak terkait tentang dunia bayi, balita, dan anak-anak dari berbagai negara. Tujuan dari film ini adalah memberikan edukasi tentang peran orang tua yang begitu luar biasa dengan tanggung jawab mereka sebagai pendidik, untuk sebuah kehidupan yang baru, yaitu anak mereka.
Agar diskusinya semakin greget dan bermanfaat, kami mengundang dua psikolog sebagai fasilitator, mereka adalah Teh Tuti dan Ibu Renny. Beliau berdua adalah orang yang sangat berkompeten dibidangnya menurut saya. Mereka dengan senang hati membantu kami tanpa pamrih, atau sebutan Bu Reny adalah "Ngamen Sana Ngamen Sini". Karena beliau seringkali mengisi berbagai kegiatan di banyak tempat. Wajar saja karena pengalaman beliau yang sudah 16 tahun sebagai psikolog.
4 November malam kami briefing untuk mengecek semua kesiapan acara bersama Teh Tuti dan Bu Reni. Saya kagum mereka rela datang jauh-jauh sampai larut malam demi acara ini. Teh Tuti malah naik gojek. Ditambah mereka yang cepat sekali akrab dengan kami para panitia. Mungkin karena hampir semuanya curhat colongan malam itu yaa.
Tanggal 5 November jam 09.30 pagi acara dimulai. Setelah film selesai, banyak sekali pertanyaan yang muncul baik dari peserta dan panitia. Peserta pun beragam pekerjaannya ada yang sebagai guru TK, mahasiswa, pemilik sekolah hijau, ibu hamil, dan wanita yang baru menikah yang belum mempunyai anak. Hampir setiap mereka bertanya dan dijawab dengan apik sekali oleh Teh Tuti dan Bu Reny. Saya juga banyak bertanya tentang cara mengajar yang baik untuk anak-anak kecil, bagaimana cara berdamai dengan emosi diri sendiri saat menghadapi anak yang aktif, dan masih banyak lagi.
Begitu banyak hal yang bisa dipelajari dari acara kecil seperti ini, untuk diri sendiri dan juga yang terpenting untuk orang-orang disekitar kita. Ditambah lagi, dapat saudara teman-teman organisasi yang sudah pakar dibidangnya masing-masing.
Terus apa hubungannya sama UGRAD?
Karena saya pertama kali bertemu Ibu Renny saat saya melengkapi Medical Examination sebagai syarat wajib beasiswa Global UGRAD. Saya ingat sekali tahun lalu dibulan Agustus, saya harus bolak-balik banyak rumah sakit untuk melengkapi persyaratan imunisasi dan lainnya. Dan Ibu Renny salah satunya karena ada juga kolom psikologi yang harus saya lengkapi. Beliau praktek di salah satu RS besar di Palembang.
Satu tahun kemudian, kembalinya ke Indonesia dan saat perencanaan event ini, teman-teman bilang kalau mereka butuh psikolog, tetapi tidak tahu harus menghubungi siapa. Saya langsung teringat bu Reny dan mengambil kartu nama nya di map UGRAD saya (yang masih disimpan sampai sekarang).
Diluar dugaan ternyata beliau menyambut baik ajakan saya, tanpa dibayar. Dan benar saja, kehadiran beliau di acara ini membawa dampak positif yang besar. Memang ini kelihatan sepele. Namun bagi saya terasa ajaib.
Karena ingin melengkapi aplikasi UGRAD, saya bertemu beliau. Dan selesai UGRAD saya bisa ikut membantu mengedukasi masyarakat melalui orang saya kenal karena UGRAD. Bukankah saya dan teman-teman Bulir Sriwijaya belum tentu tahu ttg beliau kalau bukan karena UGRAD? Apakah saya punya keberanian yang sama untuk bergabung di organisasi sebesar ini kalau bukan karena UGRAD?
Jadi saya sangat bersyukur sekali bahwa UGRAD membawa banyak manfaat bahkan setelah kembalinya ke Indonesia. Dengan cara yang tidak pernah disangka-sangka.
Anw, Beasiswa Global UGRAD sedang buka pendaftaran lho!
Cek infonya disini: DATELINE 31 DESEMBER 2016
http://www.aminef.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=43&Itemid=42